Henry Ford ignoramus (orang bodoh)?  

Posted by lestanto

Sebuah kisah kecil yang moga-moga bisa ngasi manfaat buat kita semua tentang Henry Ford yang kita tau dia adalah pendiri Ford Motor yang menghasilkan kendaraan-kendaraan sekarang ini.

Koran pernah menyebut Hendri Ford sebagai ignoramus (orang bodoh). Hingga kasus ini dibawa ke pengadilan untuk membuktikan bahwa Henry Ford memang seorang yang bodoh dan tidak berpendidikan.

Didalam pengadilan, Henry Ford ditanyai beberapa pertanyaan seperti ini:
"Siapa presiden kesembilan belas Amerika?"
"Berapa mil jarak matahari ke bumi?"
"Apa yang dikatakan dalam Prinsip Archimedes?"
"Berapa akar pangkat dua dari 1?"
Beberapa pertanyaan yang diajukan itu berkisar dari jaman sejarah sampai soal fisika dan matematika dengan harapan bila Ford tidak bisa menjawabnya, itu akan membuktikan bahwa Ford tidak punya pengetahuan dan memang bodoh!.

Henry Ford bosan menghadapi semua pertanyaan itu. Sontak ia berdiri dan menghadap kepada hakim dan berkata, "Ya Tuhan, mengapa saya harus menyia- nyiakan waktu untuk menjawab pertanyaan bodoh ini bila dengan hanya memencet tombol, saya bisa memanggil ahli sejarah terbaik untuk menjawab pertanyaan dan dengan tombol lain saya bisa memanggil ahli fisika terbaik untuk menjawab dan ahli matematika terbaik untuk menghitung semua soal...".
Semua yang ada di ruang sidang terdiam. Barusaja mereka mendengarkan kata-kata dari seorang terpelajar dan bijaksana. Tak perlu dikatakan, Hendry Ford memenangkan perkara!.
Dalam memanage kita ngga harus tau segala-galanya menjadi superman, tapi memang skill kita soal bagaimana kita bisa memanfaatkan resources yang kita punya adalah hal yang tidak kalah penting. Maka keahlian dalam project management merupakan sesuatu yang ngga bisa kita sepelekan.

Bahkan RH Grand mengatakan "Ketika anda mempekerjakan orang yang lebih pintar daripada anda, maka anda membuktikan bahwa anda lebih pintar daripada mereka". Tapi aku pribadi ngga sepenuhnya setuju sama pendapat ini soalnya setiap orang punya kompetensi dibidangnya masing-masing. Orang yang bisa mempekerjakan orang yang expert dibidang matematika misalnya ngga berarti dia lebih pintar dari orang yang dipekerjakannya. Dalam hal manajemen, mungkin bener kalo yang mempekerjakannya lebih jago di bidang manajemen tapi ngga lebih jago dibidang matematika dibanding expert yang dipekerjakannya. Mungkin benar ketika mempekerjakan orang yang expert, kita yang mempekerjakannya dapat juga sekalian belajar sama expertnya yang kita pekerjakan. Menurutku masing- masing orang punya peranannya masing masing. Kita hanya membandingkan jika hal yang dibandingkan itu punya dasar dan background-background yang sama.

Kaya pandangan masyarakat kita yang ngeliat bahwa penjurusan anak SMA yang dari IPA itu selalu lebih pinter dibanding yang penjurusan IPS. IPS sering dianggap sebagai orang yang ngga pinter, apalagi bahasa yang maap-maap kadang dianggap sebagai alternatif terakhir. Aku punya pandangan yang sedikit berbeda sama yang kaya gitu. Temen-temen yang dari IPS menurutku lebih jago soal ilmu sosial dibandingkan temen-temen dari IPA. IPA bukan segala-galanya, bukan berarti bisa semuanya. Menurutku ngga fair kalo ngebandingin temen-temen IPA dengan temen-temen IPS karena background dan basicnya ngga sama. Lebih fair jika IPA dibandingin sama IPA.

omongan orang  

Posted by lestanto

Kadang kita bisa jadi sangat down banget ngedengerin omongan-omongan orang. Disisi lain kadang kita bisa jadi sangat so high, kadang bisa terbuai olehnya.

Ada cerita kecil soal omongan orang ini. Ceritanya gini, pada suatu ketika... halah kaya ndongeng aja.

Ada seorang ayah sama anaknya mau pergi kepasar bawa keledai. Sianak duduk diatas keledai sedang ayahnya memandu jalannya keledai. Diperjalanan bertemu sama orang. Tiba-tiba orang ini nyeletuk berkomentar "Anak ngga sopan, ada anak kok diatas orang tuanya, mana orangtuanya sudah lanjut usia lagi".

Ayah sama anak ini mikirin omongan orang tadi. Trus sianak bilang aku ngga mau jadi anak yang kurang ajar, biar aku yang menuntun keledainya saja ayah, ayah yang duduk diatas saja. Ayahnyapun naik dan terus melanjutkan perjalanan. Beberapa langkah perjalanan ketemu sama orang lainnya lagi, dan sama kaya orang pertama sebelumnya berkomentar. "Orang tua ngga tua yang kejam mengeksploitasi anaknya. Masak anaknya yang masih kecil disuruh jalan kaki, sementara dianya leha-leha enak- enak naik keledai" dan orang yang ngasih komentar inipun berlalu.

Ayah sama anak ini mikirin lagi apa yang diomongin orang terakhir tadi. Akhirnya ayahnya memanggil anaknya untuk berhenti dan meminta anaknya untuk untuk naik keledai itu juga, dan naiklah anak ini keatas keledai bersama ayahnya. Lanjut teruslah perjalanan ayah dan anak ini. Dijalan berpapasan lagi dengan orang yang ketiga yang ngasih komentar. "Dasar orang tua sama anak sama aja, kejam sama binatang, ngga berperikehewanan. Masak keledai kurus kering gitu dinaiki dua orang. Malangnya keledai itu punya majikan kaya mereka" sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Lagi-lagi ayah sama anak ini mikirin apa yang diomongin orang terakhir tadi. Mereka memutuskan untuk turun semua dan berdua mereka menuntun keledai itu. Tapi emang dasar di dunia ini kita ngga sendirian ada oranglain disekeliling kita. Ketemu lagi ayah dan anak ini dengan orang keempat yang bakalan ngasi komentar. Kali ini komentarnya "Orang tua sama anak itu yang bodoh ato aku yang pinter ya?Sudah dikasih nikmat keledai sama Tuhan kok ngga dimanfaatkan buat kendaraan mereka ya?dimana otak mereka?"

Tampaknya dari cerita diatas, kita mesti lebih bijaksana ngadepin omongan- omongan orang. Ngga semuanya bisa kita terima, tapi ngga semuanya juga kita tolak mentah mentah. Omongan-omongan itu bisa jadi masukan yang perlu kita kaji atau untuk bahan introspeksi diri biar kita bisa melaju di kehidupan dengan lebih bijaksana.

extreme filter bottle neck yang semakin tak masuk akal  

Posted by lestanto

Bottle neck..
Yah bayangin sebuah botol, ya botol yang wajar-wajar ajalah kaya botol minuman ato botol kecap ato apa ajalah ngga usah yang aneh-aneh. Tipikalnya sama diatasnya lubang kecil kadang ada yang panjang ada yang pendek lehernya, dibawahnya biasanya gendut buat tempat penampungan isinya. Kurang lebih kaya gitu kan gambaran kita. Fungsinya untuk memfokuskan apa yang akan dimasukkan ke dalam botol.

Trus Filter ato penyaringan emang kita semua tau fungsinya yaitu buat menyeleksi mana yang layak dan yang tidak layak diikut sertakan dalam pilihan. Yang sesuai dengan pilihan bakal lolos dan yang ngga sesuai dengan pilihan bakal nyangkut. Gitu kan ya. Yang nyangkut trus diapain? ya terserah bisa dibuang ke sampah, bisa disaring lagi pake saringan yang lain yang lebih sesuai, ato apa ajalah.

Trus ngapain kita ngomongin botol sama saringan? hehehe.. tenang bos.. nyante.. cuma pengen berbagi analogi aja. Analogi soal kondisi yang ada sekarang di sekeliling kita ini aja.
Kondisi sekarang ini tiap tahunnya semua institusi pendidikan selalu menghasilkan para lulusannya. Jumlahnya sangat banyak dan rutin tiap tahunnya. Sementara isi ajarannya masih bersifat relatif umum dan boleh dibilang kurang aplikatif.

Trus pada kemana lulusan-lulusan institusi pendidikan tersebut?. Sadar ngga sadar, masyarakat kita telah terdogma sama ajaran penjajah terutama Belanda dulu. Pada jaman Belanda dulu, orang- orang pribumi seolah-olah diangkat derajadnya dengan menjadikan mereka pegawai Belanda menempati kelas masyarakat tersendiri diatas orang pribumi yang menderita. Secara halus Belanda pengen mematahkan semangat berjuangnya masyarakat kita, dengan menjadikan masyarakat kita abdi/ pegawai/ amteenar bagi Belanda yang notabene hidupnya dibikin agak enakan. Parahnya, Belanda berhasil... Dogma bahwa menjadi pegawai itu punya prestise tersendiri sudah semakin mendarah daging di masyarakat kita. Masih inget apa pesen orangtua-orangtua kita?. Kurang lebih nada-nadanya bakal kaya gini. Sekolah yang pinter, kalo dah lulus trus cari kerja ya nduk. Nah dari sini kita tau bakal kemana para lulusan institusi pendidikan kita. Mencari kerja.

Sementara disisi lain, begitu sangat minimnya orang-orang kita yang punya pola pikir kuat buat ngediriin perusahaan. Coba aja tanya disekitar kita dari 10 orang yang kita tanya ato paling ngga kita tau, berapa yang berani bermindset kuat mendirikan perusahaan/ usaha.
Nah kenapa aku kasi judul tulisan ini 'extreme filter bottle neck yang semakin tak masuk akal', kita bisa sarikan dari penjlentrean diatas. Kondisi sekarang ini para lulusan institusi pendidikan semakin dihadapkan pada kenyataan yang cukup berat alias ekstrem kalo masih memilih mengikuti dogma Belanda. Bottle neck dari perusahaan yang hanya membutuhkan sejumlah kecil pegawai masih di'filter' lagi dengan berbagai kriteria- kriteria yang dimaui perusahaan. Bahkan kadang sekarang ini filter itu bisa berupa uang yang mesti dibayarkan kalo mau jadi pegawai alias pelicin, aneh aja mo nyari duit kok malah mesti bayar, kecuali kalo emang berbisnis itu emang bisa disebut investasi. Lha kalo kaya gini apa bisa disebut investasi?mending bisnis aja sekalian.
Belum lagi sekarang ini mesti bersaing dengan kompetitor lain yang cukup berat buat dikalahin. Apa itu?Corporate University. Sekarang ini, perusahaan- perusahaan semakin turun tingkat kepercayaannya pada institusi pendidikan. Kaya aku bilang di awal bahwa isi ajaran pendidikan kita relatif umum dan kurang aplikatif. Perusahaan memandang para lulusan institusi pendidikan kita tidak siap pakai. Sementara maunya perushaan/ industri adalah tenaga yang siap pakai. Ya masuk akal ajalah pemikiran industri itu, kalo yang diterima itu bukan yang siap pakai berarti masih perlu kasih training pelatihan lagi dan cost yang dikeluarkan bakal ngga sedikit, sementara kalo dari pemikiran bisnis, mendingan buat ekspansi bisnis nggedein bisnis. Belum lagi tipikal para pencari kerja sekarang cenderung belum tentu sepenuhnya untuk loyal dalam artian ah disini buat cari pengalaman ajalah, ya ngga?dan masuk akal kalo ngelatih pegawai yang bukan untuk loyal itu hampir kaya sunk cost ato CSR aja. Dari sini masuk akal juga kalo perusahaan mulai memunculkan Corporate University. Apa itu corporate university?gampangannya yah perusahaan itu bikin sekolahan yang materinya itu sesuai dengan apa yang dibutuhkan sama perusahaan itu. Pengajarnya kadang langsung dari manajemen perusahaan tersebut. Lha kalo kaya gini kan lebih tepat guna. Mirip dengan ikatan dinaslah gampangnya. Dan inilah saingan para lulusan institusi pendidikan kita, saingan yang tidak enteng.

Bagi perusahaan melatih calon-calon seperti ini lebih menguntungkan daripada yang tidak jelas loyalitasnya, setidaknya untuk masuk sekolah ini juga harus bayar dan bisa menjadi income juga buat perusahaan. Terserah setelah lulus dari corporate university tersebut mau lanjut keperusahaan ato perusahaan lain. Jadi inget cerita kerajaan Inggris. Untuk melengkapi interior kerajaan perlu permadani tapi yang unik dan khas kerajaan Inggris. Setelah itung punya itung, daripada beli permadani mendingan bikin pabrik permadani sendiri lebih menguntungkan. Kebutuhan sendiri terpenuhi, bisa dapat hasil juga dari pabriknya.

Saingan berat para lulusan institusi kita lainnya adalah teknologi. Kalo kita liat film- film futuristik sekarang yang menggambarkan kemampuan manusia yang semakin digantikan sama robot ato kemajuan teknologi semakin memaksa kita untuk terus berpikir, peran apa yang bakal kita mainkan nanti?. Buat aku, peran kita nanti mungkin saja tergeser sama kemajuan teknologi adalah sebuah pendekatan logika yang masuk akal. Kenapa begitu?Kita liat yang sederhana aja, peran pak pos sekarang semakin tergeser sama e-mail,sms, telpon. Tipe X ato penghapus diganti sama tombol BackSpace ato tombol Delete. Bahkan diJepang sudah ditemukan robot yang bisan menggantikan para penyiar pembaca berita TV. Cetak digital sudah semakin menggeser para tukang sablon. Jadi inget juga ini, ada seorang yang melamar kerja di percetakan, dia suka sekali dengan seni lukis. Tapi percetakan sekarang kan sudah menggunakan komputer buat ngedisain tapi orang ini ngga bisa kalo ngedisain pake komputer. Ngobrol punya ngobrol ternyata masnya ini dulu tukang buat lukisan untuk orderan papan baliho sampai lukisan buat gambar layar untuk iklan film bioskop. Kita ingetkan gimana iklan film bioskop jaman dulu masih pake lukisan dikain itu. Miris juga rasanya ngeliat kaya gitu. Tapi gimana lagi, ya inilah tantangan yang mesti kita hadapi mau ngga mau. Pernah aku mo tanyain soal ini di kelas sama dosen. "Pak saya masih belum ngerti gimana ngatasi tantangan tenaga manusia ini yang bakal digantikan sama teknologi?" sambil becanda dosennya jawab "Kasian deh lo, hari gini masih ngga ngerti" dan jawaban selanjutnya masih belum memuaskan gitu. Hehehe..kacian deh..

Itu tadi sebagian filter sama bottle necknya. Trus ekstremenya itu jumlah lulusan sama kebutuhan industri tu ngga seimbang. Kebutuhan industri baru ada kalo ada yang pensiun, pindah kerja ato dipecat. Dan perbandingan yang keluar dari perusahaan sama jumlah lulusan ini sangat timpang. Belum lagi jumlah botol ato perusahaan yang nampung, pertambahan jumlahnya sangat lambat. Ini dipicu juga sama dogmanya penjajah Belanda tadi. Ini juga kenapa aku bilang tak masuk akal. Jumlah lulusannya banyak banget rutin, jumlah yang keluar dari perusahaan ngga banyak-banyak amat, kemampuan tampungan botolnya terbatas, jumlah botolnya juga ngga tambah-tambah. Trus pada mau dimasukin mana tu lulusan?

Solusi yang mungkin adalah persiapkan para lulusan buat bikin botol-botol lainnya lagi, biar bisa nampung lulusan yang ngga bisa bikin botol.

sarjana oh sarjana  

Posted by lestanto

Ribet juga jadi lulusan sarjana tuh ya. Begitu lulus, sama orang ditanyain, "kerja dimana mas?", sambil nyengar-nyengir bilang "masih nyari-nyari nih" alias belum dapet kerja. Orang pada bilang, belum tentu diomongin juga tapi kurang lebih mau ngomong "Sarjana nganggur" (tantangan#1). Habis mau gimana lagi, masak mau daftar kerja syaratnya harus sudah memiliki pengalaman kerja biasanya 1 tahun, lhah yang fresh graduate trus gimana?. Masih fresh kinyis-kinyis gitu loh.

Lulusan sarjana pengen buka usaha, karena sedikit-sedikit tau cara- caranya, trus nyoba-nyoba cari modal. Jawaban yang didapet "Opo yo kowe ki biso dodolan?" ("Apa ya kamu tu bisa jualan?") (tantangan#2, diragukan kemampuannya).

Lulusan sarjana dapet modal tapi seiprit, buat uji coba katanya. Trus pelan-pelan buka usaha kecil-kecilan, misalnya, jual pulsa. Lhah sama orang diomongin (belum tentu juga diomongin langsung): "Sekolahnya aja mahal-mahal, masak Sarjana kok cuma jualan pulsa" (tantangan#3).

Giliran lulusan sarjana dapet kerja, karena masih baru, dapet bagian pemasaran (sales). Orang-orang ngomong lagi "Masak sarjana cuma jadi sales?, panas-panasan jualan lagi" (tantangan#4).

Mungkin masih ada omongan-omongan lainnya juga, tapi sementara yang kelintas itu dulu. Kejadian kaya gini mungkin kita sering nemuin. Lebih ngeri lagi kalo ini terjadi sama mahasiswa-mahasiswa 3K alias Kampus, Kantin, dan Kos yang kerjaannya cuma kekampus, makan di kantin, trus tidur2an di kos. Karena skillnya pun menjadi kurang terasah.

enak ngga enak  

Posted by lestanto

Apapun pilihan hidup kita, semuanya pasti ada resiko-resiko yang bakalan dihadapi. Baik itu resiko yang positif ato yang negatif.
Kali ini kita mo bahas sedikit resiko-resiko yang mungkin terjadi kalo kita memilih peran kita menjadi pegawai sama pebisnis. Kita bahas soal kemungkinan-kemungkinan ekstremnya juga lah ya.

Jadi pegawai:
Resiko positif:
Kalo kita bisa loyal sama perusahaan yang mempekerjakan kita, kerja kita bagus, ngga neko-neko sama bos, bisa menghasilkan uang banyak ke perusahaan maka gaji kita bakal dibayar lancar karena perusahaan terus dapat pemasukan dan bisa ngasi gaji pegawainya, bahkan bisa di kasih bonus- bonus, lebih lanjut bisa naik jabatan, terus-terus dan terus kalo kita sangat luar biasa hebat bisa mampu bersaing dengan sesama pegawai, maka kita akan dapat jabatan yang tinggi, kenapa aku katakan luar biasa hebat bisa mampu bersaing dengan sesama pegawai? karena komposisi jumlah pejabat tinggi sama pegawai-pegawai biasa umumnya selalu lebih kecil jumlah pejabatnya, soalnya juga nggak mungkin kalo perusahaan itu diisi para pemikir ato idea creator semua, harus lebih banyak yang menjadi pelaksana dan helpernya. Bahkan menurut pak Dahlan Iskan (pemilik Jawa Pos group) saat menjadi pembicara pada acara Management Conference yang dihadiri para pengelola Magister Manajemen se Indonesia yang menjadi anggota asosiasi APMMI (Asosiasi Program Magister Manajemen Indonesia) komposisi pegawai diperusahaan itu sebaiknya 5% idea creator, 15% executor, 75% helper dan 5% support. Jadi posisi yang mungkin diperoleh mentok-mentoknya jadi pimpinan tertinggi apapunlah istilahnya. Meskipun juga perlu waktu yang cukup lama, bisa tahunan bisa juga puluhan tahun, tergantung ukuran perusahaannya sama birokrasinya juga.

Disisi lain memilih jadi pegawai bisa menjadi terhormat dimata masyarakat karena bisa jadi pejabat. Orang bakal bilang "wah jadi pak manajer nih". Karena kultur masyarakat kita cenderung lebih melihat prestisenya, lebih bangga ketika anak-anak kita menjadi seorang pegawai. Dalam pandangan masyarakat kita, kalau sudah jadi pegawai tu sudah mapan karena sudah dapat bayaran rutin bisa dapet uang pensiun lagi. Jadi kalo kita sudah jadi pegawai, ngga perlu repot-repot kalo mau ngelamar cewek (hehe..), karena umumnya yang ditanyakan pertama para calon mertua tu soal seputar sudah kerja dimana? apalagi dateng pake seragam kantoran (wislah ayem... hehe..).

Enaknya lagi kita tinggal jalanin aja apa yang diperintahkan, kita jalanin aja sistem yang berlaku di perusahaan. Ga perlu banyak mikir lagi, cuma seriusin aja kerjaannya. Kalo kita jadi tukang ketik, ya udah kita ketik aja apa yang diperintahkan ga perlu puyeng-puyeng mikirin yang lainnya. Semuanya sudah diatur sama perusahaannya, kita tinggal ngejalaninnya aja.
Kadang kita juga bisa dapet kesempatan untuk disekolahin lagi sama perusahaan gratis lagi. Tinggal jalanin aja. Walaupun kadang ada yang harus kita bayarkan ke perusahaan meski belum tentu dalam bentuk duit, tapi pengabdian ke perusahaan. Kadang harus terikat sama perusahaan untuk beberapa waktu.

Untuk kondisi ekstremnya, kalo kita memang jadi seorang profesional yang sudah sangat handal, sekelas CEO-CEO profesional perusahaan, bukan kita yang bakal nyari kerjaan tapi malah justru perusahaan- perusahaanlah yang akan nyari kita karena keahlian dan pengalaman kita. Ngga jarang kita bisa temui perusahaan- perusahaan yang mengambil para profesional dari perusahaan- perusahaan para pesaingnya dengan meng'iming- imingi' imbalan yang lebih besar, baik dari segi gaji, maupun bonus-bonus serta fasilitasnya. Tapi kita jangan bermimpi pindah- pindah kerja dulu kalo posisi tawar kita masih pas- pasan sedang- sedang saja. Bukannya kita yang dicari-cari perusahaan tapi malah kita yang ngga bisa tidur mikirin besok mau kerja apaan ya? kerja dimana ya?.

Walaupun ada, tapi masih cukup jarang kondisi ekstrem yang seorang pegawai (profesional) yang merangkap jabatan kadang malah dilarang oleh perusahaannya, diminta untuk melepaskan salah satunya. Kalaupun masih memungkinkan paling terbatas hanya menjabat 2 ato 3 aja.
Secara amalan solihah (halah..) kita bisa berpahala karena bisa membuat pemilik perusahaan bisa semakin kaya (berdasar tujuan sebuah bisnis adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan, yang berarti meningkatkan shareholder value. Alias para pemilik perusahaan/ pemilik modal/ investor menjadi makmur meskipun juga berarti memakmurkan para pegawai juga).

Resiko negatif: Dari mulai sirik-sirikan sama sesama pegawai, salah kerja dikit dimarah-marahin, kejenuhan karena kerjaannya itu-ituuuuuuuu melulu jadi kaya robot, ngga punya kebebasan waktu, sikut- sikutan injek-injekan kalo pas mau naek jabatan.

Entah dianggap resiko positif ato negatif kalo kemungkinan dapet ketemu pasangan di tempat kerja. Hal kaya gini ngga jarang juga terjadi. Kaya kata-kata orang jawa "Witing tresno jalaran soko kulino" kalo dalam bahasa di lagunnya dewa tu "Biar cinta datang karena telah terbiasa" hehe.. Kenapa aku bingung kalo hal kaya gini bisa jadi resiko positif ato negatif karena bagi yang masih single hampir ini dipastikan jadi resiko positif tapi kalo bagi yang udah punya pasangan, bisa juga positif kalo ketemu pasangan poligami yang bener alias sesuai tuntunan tapi seberapa besar sih yang mampu kaya gitu, tapi beda lagi urusannya kalo ini menjadi ajang perselingkuhan. Kita juga ngga jarang nemuin yang kaya ginian. Makanya setauku di islam ngga dianjurkan perempuan banyak diluar (halah.. malah sok ceramah). Tapi pastinya bukan para pembaca blog ini sih (hehe..) para pembaca blog ini kan baek-baek yak.. Itu mah cerita di negri sebrang sono. Tapi beruntung juga kalo yang masih single bisa dapet bosnya alias pemilik perusahaan yang single juga tentunya ato anaknyalah yang masih single juga.. hehe..

Resiko negatif ekstremnya adalah kita bisa aja dipecat/ PHK sama perusahaan, tapi kayanya ngga berlaku buat PNS ya soalnya ngga ada sejarahnya PNS dipecat walo kerjanya ala kadarnya kecuali emang sudah kelewat, habis aturannya emang gitu yak. Entah itu karena kita yang buat salah trus di phk atau karena perusahaannya yang bangkrut trus kita di phk. Hal itu mungkin saja terjadi.

Ketika kita di PHK, dan sehari-harinya dulu waktu kita habis untuk perusahaan itu aja dan ngga punya pemasukan lain selain dari gaji perusahaan tersebut maka satu-satunya sumber penghasilan kita bakal hilang. Kaya aku bilang sebelumnya bagi seorang profesional, mungkin perusahaanlah yang bakal nyari- nyari kita, tapi bagi para pegawai biasa maka kitalah yang mesti banting tulang nyari-nyari pekerjaan lagi. Sedangkan jumlah para pegawai profesional bisa terbilang sedikit dibandingkan dengan para pegawai biasa.

Pebisnis. Resiko negatif: Beberapa resiko negatif yang dihadapi kalo mau jadi pebisnis terutama saat awal-awal mau memulai sebuah bisnis. Dari awal memilih untuk menjadi seorang pebisnis aja sudah merupakan tantangan tersendiri. Kenapa? karena seperti aku bilang sebelumnya kalo kultur masyarakat kita lebih memiliki kecenderungan untuk menjadi pegawai. Memilih menjadi pebisnis kadang dianggap sesuatu yang aneh, mungkin juga dianggap gila alias mesti menentang arus. Sejak kecil kita diarahkan untuk kita sekolah kalo udah lulus trus cari kerja bukannya membuat lapangan pekerjaan. Itulah kondisi kultur masyarakat kita. Bahkan saat kita masih belajar membaca kita juga diajari "ibu ke pasar membeli roti" kenapa tidak "ibu ke pasar menjual sayur". Hal sepele sih tapi anak kecil kan ibarat kaset kosong, tinggal mau dikasi rekaman apa.
Ketika kita memulai suatu bisnis dari yang kecil, bersiap-siaplah untuk dicemooh orang mungkin juga diremehin. Tapi ceritanya bakalan lain kalo nanti bisnis itu tumbuh dan menjadi besar, kebanyakan orang bakalan nyembah-nyembah.

Ketika bisnis sedang jalan, ngga menutup kemungkinan terjadi tipu-tipuan, kita kena tipu misalnya. Banyak hal, dari uang jualan ga dibayar, uang usaha ditilep pegawai, dan banyak hal dalam proses menjalankan bisnis. Kadang juga saat kita jalanin bisnis kita direcokin sama yang namanya pungli-pungli, dimintain ini itu, kadang malah sama oknum-oknum pejabat juga. Huuuh..

Resiko ekstremnya mungkin kita bisa aja bangkrut, masih mending kalo harta pribadi ngga ikut kecampur sama perusahaan. Tapi kalo harta pribadi ikut kecampur sama perusahaan, kita bisa habis-habisan. Mirip kaya pegawai di PHK, ngga punya pemasukan lain, tapi bedanya pebisnis masih punya akal ato pengalaman-pengalaman bisnis yang tak ternilai harganya, tapi bagi yang bener-bener bermindset pegawai maka mau ngga mau ya mesti cari gawe lagi. Bagi seorang entrepreneur sejati melihat sesuatu, maka dia bisa menjadikannya sebagai peluang bisnis. Bisa memulai lagi dengan bekal pengalaman-pengalaman. Walaupun belum tentu mudah juga.
Resiko lainnya bisa kehilangan anak istri. Lhoh kok? hehehe.. ini berdasarkan kisah nyata kenalanku yang dah punya usaha dan bangkrut. Tapi ya ngga semuanya gitu sih, tapi mungkin aja terjadi. Ketika bisnisnya jalan baik, semua keluarga tetep aja jalan harmonis baek-baek aja. Tapi ketika bisnisnya bangkrut dan tiap hari bolak-balik ditelponin sama penagih utang, didatengin debt collector, lama-lama istrinya ngga tahan juga akhirnya kabur entah kemana ngebawa anak-anaknya. Hehehe.. kacian yah.. Tapi kalo cewek-cewek yang baca tulisan ini ngga kaya gitulah yak.. kan pada baek- baek, sanggup ngedampingi pasangannya baik senang maupun susah. hehe.. (cari pasangan yang sanggup disaat senang mah gampang aja yak, tinggal merem aja bisa dapet. Siapa juga yang ngga mau diajak hidup seneng. Tapi cari pasangan yang mampu bertahan disaat susah ini yang perlu dipertimbangkan mateng- mateng, ngga semua orang sanggup. Cerita ini juga contohnya istrinya kabur. secara siapa juga yang mau diajak susah. hehehe..). Untungnya kenalanku ini emang berjiwa enterpreneur, jadi bisa tetep bangkit dan bikin usaha lagi berbekal pengalaman- pengalaman bisnisnya, sampai bisa meyakinkan bank-bank buat ngasih kreditnya lagi. Bagi perusahaan yang punya hutang, dan bangkrut dan dinyatakan pailit maka hutangnya tersebut bisa dihapuskan.
Resiko positif: Resiko positif ketika bisnis kita udah jalan sukses ada banyak. Dari pemasukan yang besar tergantung pemasukan bisnisnya. Terutama sekali kalo bisnis kita sudah dijalankan dengan menggunakan sistem. Segalanya sudah berjalan tanpa perlu campur tangan kita. Trus kitanya ngapain? lhah ya sesuka suka kitalah ya. Mau nganggur bisa, mau sosial bisa, mau ibadah bisa, ato mau bikin bisnis-bisnis yang lain juga bisa. Kita bisa punya lebih banyak kebebasan, kebebasan waktu, kebebasan finansial. Dalam hal kebebasan waktu, contoh om Bob Sadino katanya nganggur selama 15 tahun setelah bisnisnya jalan, malah bisa maen sinetron segala kaya di Bajaj bajuri, dll. Kadang juga dimanfaatkan untuk menulis buku, yang bisa juga jadi sumber pemasukan lain ato jadi pembicara. Yang penting juga dengan punya kebebasan ini, bisa memungkinkan lebih banyak hal yang bisa dikerjakan.

Lain lagi kalo seperti sebagian usaha-usaha di negeri ini, sebagian memang sudah terbilang sukses tapi kadang belum berjalan dengan menggunakan sistem alias semua mesti perlu ada campur tangan kita, masih tergantung sama kita. Ini akan mengurangi kebebasan waktu kita. Inilah mungkin pentingnya ilmu manajemen. Jadi kita bisa membuat sistem untuk bisnis kita. Karena seorang pemimpin itu harus punya dua ilmu, ilmu manajemen sama leadership. Manajemen lebih fokus sama sistem-sistem yang bakal digunakan untuk memanagenya, baik manage produksi, manage untuk kontrol sistem, dll. Disisi lain juga pemimpin perlu sebuah leadership yang lebih condong pada pendekatan interpersonal, dalam menyemangati pegawai, berpandangan jauh kedepan, dll.

Para pebisnis sangat mungkin untuk memiliki bisnis lebih dari satu. Tidak seperti para pegawai yang sering dibatasi dalam hal rangkap jabatan. Jadi pebisnis sangat mungkin memiliki aliran- aliran pemasukan dari berbagai penjuru (halah..) dari berbagai sumber pemasukan.
Dengan pemasukan yang besar dari berbagai bisnisnya, maka jangankan kebutuhan, kepengenan aja bisa terpenuhi. Prestise pun juga bisa didapat, bahkan orang-orang kadang juga sampe pada 'nyembah-nyembah' (biasalah ada gula ada semut).

Dari sisi amalan juga, kita bisa nyediain lapangan pekerjaan buat yang belum punya pekerjaan. Bisa menghidupi pekerjanya berarti juga bisa menghidupi keluarganya. Itung-itungan simpelnya, kalo kita punya 1000 pegawai berarti kita berjasa atas 1000 keluarga yang ditanggungnya. Misal 1 keluarga isinya ada 4 orang, suami istri dan 2 anak, maka kita bisa bermanfaat buat 4000 orang. Iya nggak? matematikaku juga kurang bagus sih yak. Coba bayangin kalo istri dan anak-anak para pegawainya tu ngedoain "Moga- moga bapak nggak dipecat, bisa dapet gaji terus lancar dapet bonus-bonus yang gede juga" itu kan secara ngga langsung ngedoain perusahaan agar tetep bisa jalan terus dan bisa ngebayar para pegawainya. Coba bayangin didoain paling tidak 3000 orang supporter yang tergantung sama perusahaan, kalo 1%nya aja alias 30 orang yang doanya dikabulkan, apa jadinya perusahaan kita? terus berkembang. Dan shareholder valuenyapun meningkat artinya kemakmuran pebisnis juga meningkat.

Siapa tau juga bisa jadi orang terkaya didunia hehehe.. ngga ada yang ngga mungkin, meski kecil, kemungkinan-kemungkinan itu selalu ada. Apalagi kalo perusahaan itu bisa terus beroperasi dan mampu untuk mencukupi kebutuhan dan keinginan tujuh turunan. Sekali lagi ngga ada yang ngga mungkin.

Tentunya resiko positif lainnya masih sangat banyak.
Itu dia secuplik soal pen'jlentrean' (halah..) kemungkinan kemungkinan atas pilihan kita mau jadi pegawai atau pebisnis. Apapun pilihannya punya kelebihan dan kekuranggan masing- masing, disini kita hanya nyoba untuk melihat lebih komprehensif aja. Kalo kita tau baik buruknya maka keputusan yang mau kita ambil tentunya bisa lebih bijaksana.
Kesamaan kedua pilihan itu adalah pada kondisi ekstrem resiko negatifnya adalah ngga punya pemasukan. Pegawai di PHK ngga punya pemasukan, bisnis bangkrut juga ekstremnya ngga punya pemasukan. Sama. Tapi pada kondisi ekstrem resiko positifnya tentu tidak sama.
Monggo silahkan dipilih dengan lebih bijaksana.

'ngeyel'isme  

Posted by lestanto

Adaaaa aja jawabannya kalo kita ditantang ditanyai untuk buka usaha, terutama untuk orang yang ngga bermindset jadi pedagang. Coba deh tanyain aja ke orang-orang yang emang ngga bermindset jadi pedangang.
Kita ambil aja beberapa point2 yang mungkin dibahas, seperti soal: modal, produk, tempat, sama umur.
Coba kita mulai,
Soal Modal:
Pertama jawabannya: "Wah, ga punya modal e".
Yang kedua (kalo yang udah punya modal uang): "Lhah, nanti modalnya bisa balik nggak?"
Soal Produk:
Produk tu ada yang terkenal/ branded sama tidak terkenal.
Jawaban yang mungkin:
Kalo di kasi produk yang terkenal. Misalnya aja di suruh jualan motor, dikasi yang merk Honda, Yamaha, Suzuki. Jawabannya: "Lhah, kan udah banyak tu yang jualan. Saingannya dah banyak tu yang jualan kaya gitu!"
Kalo di kasi produk yang ngga terkenal. Misalnya produk Cina, Jialing,dkk..apalagi yah merek2 cina xiaoyiao..(hehehe..ngarang).
Jawabannya: "Wah motor apaan tu? kaya gitu apa ada yang mo beli? apa ya laku?"
Soal Tempat:
Tempat itu ada dua macem, tempat yang strategis/ rame sama tempat yang ngga strategis alias sepi.
Kalo dikasi tempat yang rame, jawabannya: "Nih tempat bayar ngontraknya berapa?pasti mahal. Bisa bayarinnya nggak nanti?".
Kalo mau yang murah ada tu, dideket kuburan biasanya murah..(hehehe..).
Kalo dikasi tempat yang sepi, jawabannya: "Apa ya ada orang yang mau beli kesini? paling juga kuntilanak yang mau beranak!".
Soal umur:
Umur yang produktif cuma ada muda dan tua.
Yang masih muda, jawabannya: "Wah ntar aja deh, belum perlu masih ada donatur kok, ntar-ntar aja deh masih sibuk-sibuk juga, mejeng2 ksana kemari. Masa muda kan cuma sekali, nikmatin aja dulu lagi, lagian belum punya pengalaman ntar malah bangkrut ".
Kalo yang tua: "Wah, saya ini kan dah tua, kalah gesit sama yang muda-muda. Lagian mo ngapain lagi, harta kan ga dibawa mati. Sekarang tu saatnya nyiapin bekal ibadahnya".

Adaaa aja jawabannya kalo emang ga punya mindset jadi pedagang, 1001 alasan kali yah.
Dari sini kita bisa belajar kalo apapun itu tinggal dari kemauan kita. Kalo kita memang bener-bener mau, gunungpun bisa didaki, laut juga bisa diarungi, bumi ini bisa dikelilingi, bulan juga bisa didatengi apapun bisa aja terjadi kalo kita bener-bener mau + Tuhan kasi ijin. Tapi buat orang yang emang ngga mau, jangankan mendaki gunung, buat ngebuka mata aja kalo emang ngga mau ya ngga bakal terjadi yang ada cuma ngeyelisme 1001 alasan bisa aja dibikin.

Bagi orang yang emang bener2 mau, kaya masalah modal tadi kan bisa pinjem kalo ngga punya, kalo punya dan ga bisa ngelola ya kerjasama/ invest sama yang udah ahli. Emang masih banyak yang perlu dipikirin lagi selain itu, tapi kalo jawaban yang keluar dari kita itu cuma yang negatif2 aja maka nggak bakalan bisa mulai.

Monggo dipun komentari...

Penerapan IS bank Mandiri  

Posted by lestanto

Big Paper SIT

Kesuksesan Penerapan IS

(Case study Bank Mandiri)

1 Kesuksesan

Berikut adalah sebagian dari keberhasilan yang diperoleh bank Mandiri dalam pengimplementasian IS:

· Atas keberhasilan Transformasi IT melalui implementasi program eMas (Enterprise Mandiri Advanced System) dan penerapan IT Governance, bank Mandiri berhasil memperoleh berbagai penghargaan dan sertifikasi, antara lain penghargaan MIS Asia Award 2004 untuk kategori IT Governance, Warta Ekonoli; the 4th e-Company Award 2005, pencapaian ISO 9001:2000 untuk Data Center serta menjadi case study pada berbagai forum internasional (antara lain IDC- Financial Insight, IBM dan Microsoft).

· Dalam hal penerapan teknologi informasi, pada tahun 2007 bank Mandiri juga memperoleh penghargaan Best e-Corp sebagai Best IT System dari majalah SWA. Penghargaan ini merupakan pengakuan atas keunggulan penerapan sistem teknologi informasi Bank Mandiri yang secara nyata telah memberikan manfaat bisnis.

· Dalam hal keamanan transaksi nasabah dan stabilitas sistem bank Mandiri meraih sertifikasi ISO 27001:2005 - Information System Security Management meliputi pengelolaan information security seluruh aktivitas perbankan melalui unit kerja IT, termasuk desain, pengembangan, implementasi, operasional, dan pemeliharaan Disaster Recovery Center (DRC). Sedangkan di bidang Trade Service Operation – Bills Processing Center Jakarta juga berhasil meraih sertifikasi ISO 9002:2001, disamping mempertahankan sertfikasi ISO9000:2001 untuk Domestic Payment, International Payment dan Treasury Operations.

· Bank Mandiri berhasil menekan error rate hingga 0,00156% untuk treasury operation dan error rate outgoing RTGS hingga 0%.

2 Profil perusahaan

Bank Mandiri yang didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998 merupakan bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Empat bank milik pemerintah yang bergabung menjadi bank Mandiri tersebut adalah Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia,

Setelah selesainya proses merger, Bank Mandiri kemudian memulai proses konsolidasi. Diantaranya adalah dengan menutup 194 kantor cabang yang overlap dan mengurangi jumlah pegawai dari 26.000 menjadi 17.620. Selanjutnya diikuti dengan peluncuran single brand di seluruh jaringan melalui iklan dan promosi.

Bank Mandiri mewarisi sembilan core banking system dari keempat legacy bank dan kurang lebih 120 data center, dimana masing-masing sistem memiliki karakteristik desentralisasi. Selain itu, infrastruktur hardware, software maupun jaringan teknologi informasinya sangat beragam. Bahkan, di dalam stu bank legacy terdapat lebih dari satu core banking system dengan produk yang tidak terstandarisasi, yakni ada dua aplikasi yang berbeda, baik ATM maupun treasury dan Trade Finance.

Para Nasabah dari bank Mandiri merupakan para penggerak utama perekonomian Indonesia. Berdasarkan sektor usaha, nasabah bank Mandiri bergerak pada berbagai bidang usaha yang sangat beragam khususnya makanan dan minuman, pertanian, konstruksi, kimia dan tekstil.

Bank Mandiri bekerja berdasar prinsip-prinsip good corporate governance, pengawasan dan kepatuhan yang sesuai dengan standar internasional.

Bank Mandiri memiliki total aktiva mencapai lebih dari Rp. 300 triliun dengan 21 ribu lebih karyawan yang tersebar di 956 kantor cabang dalam negeri dan 6 cabang luar negeri termasuk perwakilannya.

Bank Mandiri memberikan pelayanan dalam berbagai bidang, diantaranya adalah investment banking, perbankan syariah serta bancassurance bagi nasabah perusahaan swasta mupun milik Negara, komersial, usaha kecil dan mikro serta nasabah consumer.

3 Keselarasan business process, IT & People

Dalam rangka untuk mencapai keselarasan business process, IT & people, bank Mandiri Membentuk Direktorat Technology & Operations yang mempunyai visi untuk menyediakan layanan "utility based processing" yang agile untuk mendukung unit bisnis mencapai target pertumbuhan bisnis dan memberikan manfaat "economies of scale" bisnis.

Salah satu dari bagian people adalah system user yang termasuk juga didalamnya adalah para nasbah sebagai pengguna sistem. Dalam keselarasan business process, IT & people untuk layanan Supply Chain Bank bagi nasabah commercial dan corporate serta Transaction Bank untuk seluruh segmen nasabah diwujudkan dengan implementasi Service Oriented Architecture, infrastruktur Enterprise Application Integration dan platform Host to Host Integration. Kapabilitas ini dapat mempercepat integrasi sistem dan solusi teknologi baik di internal maupun eksternal Bank Mandiri, sehingga aliansi dengan nasabah dalam bentuk jaringan payment chain value dapat dilaksanakan secara cepat dan berbiaya rendah.

Disisi lain, beragamnya customer base bank Mandiri menuntut kemampuan untuk mengintegrasikan, menyediakan dan memodifikasi payment service sesuai dengan kebutuhan tiap segmen. Salah satu layanan untuk mewujudkan hal tersebut adalah customization tingkat detail informasi transaksi nasabah sesuai kebutuhan yang dapat ditampilkan di laporan rekening dan passbook, sehingga memudahkan nasabah melakukan rekonsiliasi. Layanan ini tentunya harus didukung dengan IT dan business process yang matang agar menjadi mudah bagi customer untuk menjalankannya.

Dalam penerapan program eMas (Enterprise Mandiri Advanced System), bank Mandiri menyediakan dana tersendiri untuk 14.000 karyawan melakukan training di 42 lokasi selama 10 bulan untuk menyelaraskan elemen people bank Mandiri dengan IT & business proses yang baru.

4 Metode pengembangan IS yang dipilih

Dari penyatuan empat bank pemerintah yang memiliki core banking system yang berbeda-beda, data center yang berbeda-beda, serta infrastruktur baik hardware, software maupun jaringan yang berbeda-beda maka pada awal bank Mandiri melakukan evaluasi atas core banking system dari keempat bank legacy. Dan pada akhirnya bank Mandiri memutuskan untuk mengembangkan IS nya dengan cara memodifikasi sistem core banking Bank Exim (BEST) untuk memenuhi kebutuhan standar produk awal bank Mandiri yang kemudian disebut dengan MASTER (Mandiri Sistem Terpadu).

Berdasar hasil evaluasi atas core banking system dari keempat bank legacy tersebut sistem core banking Bank Eximlah yang dianggap terbaik dari keempat sistem yang ada pada keempat legacy bank dan yang paling memungkinkan untuk direkomendasikan sebagai standar sistem paling memungkinkan untuk diimplementasikan sesuai dengan time frame legal merger.

Sistem core banking bank Exim telah diimplementasikan pada lebih dari 200 cabang, telah Y2K compliance dan terdapat 40 karyawan bank Exim memahami sistem tersebut dengan baik.

MASTER hanya sebuah solusi sementara jangka pendek untuk dapat secepatnya beroperasi dalam satu platform. MASTER tidak dapat mendukung kebutuhan bisnis dan visi bank Mandiri untuk masa mendatang karena MASTER dibuat pada pertengahan tahun 1980an untuk keperluan bank dengan segmen korporasi, sedangkan bank Mandiri menyasar pada segmen yang berbeda denga bank Exim yaitu segmen ritel.

Selain itu, arsitektur sistem MASTER dikembangkan dengan konsep branch- centric yang tidak dapat mendukung konsep hub and spoke. Disamping itu database yang dimiliki oleh MASTER ini cukup terbatas dan tidak dapat memenuhi kebutuhan customer view dan segmentasi nasabah yang diperlukan.

Selanjutnya dilakukan benchmarking aplikasi MASTER yang dilakukan di IBM Center Rochester dan diketahui bahwa MASTER tidak dapat memenuhi kebutuhan bank Mandiri. Dari sini, pihak manajemen bank Mandiri sepakat untuk mengganti core banking systemnya dengan sistem off- the-shelf from the market yang dapat mendukung bisnis dan visi bank Mandiri, dan tidak mendesain ulang sistem MASTER.

5 Pemanfaatan project management

Pada saat proses pengimplentasian sistem MASTER, dilaksanakan dua proyek sekaligus secara parallel, yaitu proyek pengimplementasian sistem MASTER dan proyek menghadapi masalah Y2K.

Pemngimplementasian pilot project MASTER sendiri dilakukan dalam dua tahap.

· Pertama, dilaksanakan pada bulan Juli 1999 di enam cabang pilot tanpa menggunakan konsep Hub and Spoke dan uji coba konsep Hub & Spoke pada satu hub yang membawahi dua puluh spoke dilakukan pada bulan Oktober 1999.

· Kedua, pada bulan November 1999 roll out MASTER dihentikan sementar untuk persiapan menghadapi Y2K compliance dan dilanjutkan kembali pada bulan Februari 2000, setelah diyakini bahwa sistem MASTER telah memnuhi Y2K compliance.

Setelah dilakukan penggantian sistem dan dijalankannya proyek eMAS (Enterprise Mandiri Advanced System) senilai US$ 173 juta selama 3 tahun yang mencakup empat inisiatif utama yaitu:

· Memperkaya dan memperbarui delivery channel.

· Membangun sistem core banking baru yang terintegrasi.

· Membangun MIS didukung teknologi Data Warehouse terkini.

· Memperkuat dan memperbarui sistem infrastruktur yang reliable.

didukung oleh anggota tim sebanyak 500 orang, 32 proyek, 18 system interfaces dan 128 sub modul.

6 Keselarasan visi perusahaan dan IS

Dalam hal keselarasan visi perusahaan dengan visi information system, bank Mandiri dapat dikatakan cukup konsisten menggunakan information system sebagai support system atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Hal ini terlihat dari penyusunan IT Strategic Plan (ISP) 2001-2003 yang diterapkan pada bank Mandiri sebagai pedoman untuk pengembangan teknologi informasi perusahaan disusun berdasarkan pada visi Corporate Business Plan dan Business Strategy Bank Mandiri untuk mendukung visi jangka pendek bank Mandiri menjadi Universal Bank.

Dari sini dapat kita lihat bahwa secara konseptual, bank Mandiri membreakdown dari visi perusahaan hingga visi-visi yang lebih operasional. Dengan pembreakdownan visi ini, ketika semua visi dijalankan dengan semestinya maka tidak akan terjadi tumpang tindih wilayah kewenangannya dan masing-masing bagian akan menjadi pendukung bagi bagian yang lain untuk mencapi tujuan perusahaan.

6.1 Visi perusahaan

Visi jangka panjang bank Mandiri adalah menjadi "Regional Champion Bank", yang akan dicapai melalui 2 tahapan yaitu menjadi "Universal Bank" dan kemudian dilanjutkan dengan menjadi "Dominant Multi-Specialist Bank", yang berakhir pada "Regional Champion Bank".

6.2 Visi IS

IT Strategic Plan (ISP) 2001-2003 yang merupakan pedoman bagi pengembangan teknologi informasi yang diterapkan pada bank Mandiri disusun berdasarkan visi Corporate Business Plan dan Business Strategy Bank Mandiri. ISP ini dikembangkan untuk mendukung visi jangka pendek bank Mandiri menjadi Universal bank meski harus didukung dengan pendanaan yang besar, teknologi informasi yang canggih dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, manajemen resiko dan SDM yang handal.

Rencana ISP tersebut dijadwalkan akan selesai dalam kurun waktu tiga tahun, yang terdiri dari 4 inisiatif utama, yaitu:

· Memperkaya dan memperbarui Delivery Channel, menyediakan layanan perbankan multi channels untuk kemudahan dan kenyamanan nasabah.

· Membangun sistem Core Banking baru yang terintegrasi, sehingga memungkinkan pengembangan produk secara lebih mudah dan fleksibel, serta membuat fitur produk yang customer oriented.

· Membangun Management Information System didukung dengan teknologi Data Warehouse terkini untuk mendukung pengelolaan resiko, kepatuhan dan pengambilan keputusan.

· Memperkuat dan memperbarui sistem infrastruktur yang reliable.

Berdasar ISP 2001-2003 inilah, mulai bulan Agustus 2001, bank Mandiri mulai menggunakan Program eMas (Enterprise Mandiri Advanced System) yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan tingkat persaingan melalui proses transaksi yang terintegrasi, peningkatan dan perluasan jaringan distribusi, serta pendayagunaan fungsi MIS, sehingga memiliki infrastruktur IT yang handal dan aplikasi yang fleksibel untuk mendukung visi jangka pendek bank Mandiri menjadi Universal Bank.

Dengan kejelasan visi IS yang telah diselaraskan dengan visi perusahaan, bank Mandiri berani menginvestasikan dana sebesar US$ 173 juta untuk menjalankan program eMas (Enterprise Mandiri Advance System) tersebut dalam kurun waktu 3 tahun yang dilaksanakan pada 701 cabang, 6 City Operations dan kantor pusat hingga mampu melayani 6 juta nasabah dengan 7 juta rekening, termasuk pelatihan kepada 14.000 karyawan di 42 lokasi selama 10 bulan.

Dengan telah selesainya implementasi program eMas yang sejak awal telah didesain untuk memiliki karakteristik yang mudah dan dapat beradaptasi denan perubahan-perubahan yang terjadi tersebut, bank Mandiri saat ini telah memiliki infrastruktur teknologi informasi yang handal dan sistem aplikasi yang felksibel untuk mendukung visi perusahaan menjadi Universal Banking untuk menuju Regional Champion Bank. Program eMas juga telah berhasil membangun pondasi yang kokoh bagi aplikasi, informasi dan infrastruktur yang secara strategis mampu menunjang kebutuhan bisnis saat ini dan mengantisipasi pertumbuhan ke depan melalui pengembangan produk dan layanan baru, ekspansi jaringan, penambahan fitur, serta merger dan akuisisi.

7 Tantangan yang dihadapi IS leadership

7.1 Rapid technological change

Dengan telah dimilikinya acuan pengembangan IT yaitu dengan ISP, maka bank Mandiri menjadi lebih terarah dalam mengembankan sistem maupun teknologi yang akan digunakan meskipun perubahan teknologi sangat cepat.

Bank Mandiri hanya mengembangkan sistem dan teknologi berdasarkan acuan pengembangan ISP meskipun tetap mengikuti perkembangan teknologi. Dengan demikian, ketika terdapat teknologi baru, maka pihak bank Mandiri tidak akan gegabah menggunakan teknologi baru tersebut, terkecuali memang diperlukan dan sesuai dengan acuan pengembangan ISP.

7.2 Exploding applications and data

Pada bank Mandiri, ada beberapa hal yang menjadi perhatian dalam pengelolaan data, yaitu:

· Timeless: data harus tersedia pada watunya untuk mengantisipasi perubahan bisnis yang cepat.

· Usability: data harus sesuai dengan kebutuhan user.

· Completeness: data yang lengkap akan dapat memberikan gambaran bisnis yang lebih baik, sehingga pada saat pemasukan data (data entry), field-field penting telah dibuat mandatory dan default value.

· Correctness: ketepatan data untuk digunakannya parameter table untuk meminimalisir kesalahan pengetikan (typing error).

· Precision: memastikan bahwa data tetap lengkap dan sesuai (tidak ada data yang hilang atau berubah).

· Lack of abiguity: kesamaan persepsi atas data diperlukan untuk menghindari misinterpretasi.

Untuk mendukung penyediaan data dan informasi yan glengkap, akurat, tepat waktu dan konsisten maka dibentuk Enterprise Informaton Architecture yang bersifat "agile & adaptive" dan comply dengan Basel II.

Disamping itu dalam pengelolaan data perbankan harus juga memperhatikan mengenai keamanan datanya, dan bank Mandiri, sesuai ISP 2004-2007 telah memiliki security framework yang memberikan landasan bagi pengembangan dan implemntasi inisiatif-inisiatif I&T security.

7.3 growth in business management understanding of technology

Dalam kaitannya dengan business management understanding of technology, maka kebutuhan yang terkait dengan para business management seperti misalnya pelaporan telah diperhatikan dengan baik oleh IT bank Mandiri, yaitu dengan mengelola data untuk mendukung pelaporan, baik internal maupun eksternal dengan memperhatikan prinsip availability, consistency dan integrity.

Saat ini, sebagian besar proses pelaporan telah berjalan secara otomatis, meski terdapat beberapa yang masih diperukan adanya intervensi/ pengontrolan dari unit terkait untuk dilakukan adjustment sesuai keputusan manajemen, maupun adanya temuan audit internal dan eksternal.

Walaupun demikian, diakui pihak IT bank Mandiri, bahwa masih terasa terdapat kekurangoptimalan waktu pemrosesan pembentukan data menjadi informasi, serta kurangnya pemahaman terhadap kebutuhan laporan dan data yang tersedia. Untuk itu diperlukan upaya performace tuning pada database maupun porgram, termasuk simplifikasi laporan dan reengineering proses pembentukan laporan.

7.4 frequent external shocks

Pihak bank Mandiri telah melakukan pengantisipasian external shocks dengan menggunakan Business Intelligence (BI). Saat ini analisiss Business Intelligence sudah digunakan oleh unit bisnis untuk pengambilan berbagai keputusan strategis, meskipun sementara ini penggunaannya masih dalam tahap sales dan marketing product.

Tetapi, untuk lebih mengoptimalkan penggunaannya perlu disusun datamart (subset dari Data warehouse yang berisi data yang lebih spesifik yan gbersifat departemental) yang lebih komprehensif dan peningkatan pemahaman, baik oleh IT maupun user untuk menghindari adanya kesalahan interpretasi (mis- interpretation).

8 Daftar pustaka

Ebizzasia, Vol IV, Nomor 35.

Ebizzasia, Vol IV, Nomor 36.

Ebizzasia, Vol IV, Nomor 37.

Laporan Tahunan PT Bank Mandiri periode Tbk. 2007. Bank Mandiri.

Martin, E Wainright, et al, 2005. Managing Information Technology, 5th Edition, Pearson Prentice Hall, US.